Fashion sebagai Alat Politik: Simbolisme, Diplomasi, dan Aktivisme
Fashion bukan sekadar estetika; ia adalah medium komunikasi yang kuat dalam dunia politik. Dari pakaian tradisional hingga busana modern, pilihan fashion sering kali mencerminkan ideologi, identitas, dan pesan politik yang ingin disampaikan oleh individu atau kelompok.
Fashion sebagai Simbol Politik
Pakaian dapat menjadi simbol kekuasaan, identitas nasional, atau perlawanan. Misalnya, selama masa penjajahan Belanda di Indonesia, rakyat jelata dilarang mengenakan pakaian bergaya Barat dan harus mengenakan pakaian etnis mereka. Namun, mereka mulai memasukkan elemen Barat ke dalam pakaian etnis sebagai bentuk penegasan kekuasaan dan identitas .
Di Amerika Serikat, Michelle Obama menggunakan fashion sebagai alat diplomasi budaya. Pilihan busananya mencerminkan keragaman dan inklusivitas, memperkuat agenda suaminya selama masa kepresidenan .
Fashion dalam Kampanye Politik
Dalam kampanye politik, busana menjadi alat untuk mengomunikasikan pesan kepada pemilih. Pada debat capres 2024 di Indonesia, busana yang dipilih oleh para capres dan cawapres tidak hanya berfungsi sebagai pelindung tubuh, tetapi juga menjadi simbol yang mengomunikasikan pesan politik khusus kepada masyarakat
Contohnya, Presiden Joko Widodo sering mengenakan kemeja putih sederhana, mencerminkan citra kesederhanaan dan kedekatan dengan rakyat. Analisis semiotik atas fashion Jokowi pada pemilihan presiden 2014 menunjukkan bahwa fashion digunakan sebagai media komunikasi politik untuk menyampaikan konsep dan pandangan tertentu .
Fashion sebagai Diplomasi Budaya
Fashion juga digunakan dalam diplomasi internasional. Ibu Negara Iriana Joko Widodo menghadiri KTT G20 di Jepang dengan mengenakan kain batik buketan dan baju kurung, menampilkan identitas budaya Indonesia di panggung global .
Fashion Activism: Busana sebagai Bentuk Perlawanan
Fashion activism adalah penggunaan mode sebagai platform untuk menyuarakan perubahan sosial, politik, atau lingkungan. Lebih dari sekadar pakaian, fashion activism memanfaatkan kekuatan visual dan komunikasi untuk menyampaikan pesan-pesan penting.
Contohnya, slogan T-shirt telah lama digunakan oleh aktivis untuk menyampaikan pesan politik. Desainer seperti Katharine Hamnett meluncurkan kaus dengan slogan yang dirancang untuk membuat orang berpikir dan bertindak.